Halo! akhirnya bisa update blogger lagi setelah 7 tahun berlalu. Iyaaaa terakhir posting blogger tuh 2016 pas masih kelas 2 SMA. Sekarang udah jadi wanita dewasa 23 tahun yang lulus di tahun kemarin dan lagi struggling jadi jobseeker lagi hihi. Btw, mau post tulisan waktu kuliah dulu nih disini. Buat arsip aja sih biar ga hilang.
Jadi waktu semester 3 dulu ditugasin buat minibook gitu, dan ini salah satu artikel buatan aku yang ada di minibook tersebut. Tentang fenomena Tiktok di 3 tahun yang lalu alias di 2020, pas masih awal - awal wabah covid-19.
Fenomena TikTok di Tengah Pandemi
Jejaring sosial dan platform video pendek TikTok semakin populer dan digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, apalagi sejak virus Covid-19 yang mewabah dan mengharuskan masyarakat untuk melakukan segala aktivitasnya dari rumah. TikTok kemudian dijadikan sebagai salah satu media hiburan mereka.
Kehadiran TikTok di masa pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh orang – orang untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh selama masa karantina di rumah. Dengan dukungan fitur musik dan filter yang beragam, para pengguna TikTok dapat berkreasi dengan membuat berbagai konten video pendek yang menarik. Konten video yang dapat dibuat pun bermacam – macam seperti lip sync, komedi, bernyanyi, menari, make up, memasak, dan masih banyak lainnya.
TikTok dapat membuat video dengan durasi 15 sampai 60 detik. Selain itu, TikTok juga memiliki puluhan hingga ratusan special effect yang dapat digunakan secara instan. Sehingga, pengguna TikTok dapat menguji dan mengasah kreativitasnya selama masa karantina menghindari penyebaran virus Covid-19.
Dilansir dari CNBC Indonesia, aplikasi TikTok asal Negeri Tirai Bambu ini mampu menorehkan rekor baru. Aplikasi buatan Bytedance ini sudah diunduh lebih dari 2 miliar kali secara global di App Store dan Google Play. Angka tersebut membuat TikTok berada di bawah Whatsapp, dan bahkan mampu menggeser Facebook yang selalu ada pada daftar aplikasi populer di dunia.
Popularitas TikTok saat ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dahulu aplikasi ini sering dianggap rendah atau alay oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, Prabowo Mondardo atau lebih dikenal dengan Bowo Alpenliebe pun dihujat oleh netizen Indonesia karena kemunculannya sebagai artis TikTok pada tahun 2018. Tetapi kini keadaan berbalik, orang – orang malah ikut bermain TikTok seperti yang dulu Bowo lakukan.
Stigma negatif dari aplikasi TikTok pun perlahan memudar. Seiring makin eksisnya TikTok dipakai selebritis nasional, selebgram, influencer, youtuber, bahkan pejabat Indonesia. Mereka ikut mengunggah dan membagikan video TikTok ke aplikasi media sosial lain seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan Whatsapp. Sehingga masyarakat pun akhirnya penasaran dan akhirnya mencicipi hiburan ala TikTok.
Sebut saja Gisel yang mengajak buah hatinya untuk ikut membuat video lucu di TikTok. Lalu, adapula Nia Ramadhani yang tidak mau ketinggalan ikut berjoget mengikuti challenge di aplikasi TikTok. Bahkan Kominfo yang dua tahun silam pernah memblokir TikTok, kini memiliki akun resmi terverfikasi di TikTok. Dilansir Tirto.id, Kepala Biro Humas Kominfo, Fernandus Setu mengatakan bahwa akun tersebut dibuat untuk mensosialisasikan program – program Kominfo seperti anti hoaks dan sebagainya.
Sensasi bermain aplikasi TikTok pun kini disukai oleh seluruh kalangan dari yang tua hingga yang muda. Tentunya, TikTok ini juga banyak dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait Covid-19. Seperti membuat konten video cara mencuci tangan, kegiatan positif selama di rumah, membuat masker juga hand sanitizer, memasak makanan sehat, dan cara berolahraga di rumah.
Sebagaimana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang ikut menyelam ke aplikasi TikTok demi menyebar informasi akurat soal Covid-19. Dilansir dari tekno.kompas.com, video pertama WHO di TikTok memberikan imbauan umum bagaimana cara mencegah diri sendiri dan orang terdekat dari infeksi virus Covid-19. Imbauan tersebut diberikan oleh Benedetta Allegranzi, seorang spesialis penyakit menular serta ketua pencegahan dan infeksi WHO.
Informasi dan edukasi yang disebarkan melalui aplikasi TikTok tersebut diharapkan sampai pada seluas – luasnya komunitas di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia. Agar secara tidak langsung dapat membentuk self awareness dari masing-masing individu untuk menekan angka penyebaran virus COVID-19.
Sebenarnya, fenomena TikTok di tengah pandemi Covid-19 ini akan berdampak positif apabila kita mengetahui bagaimana cara mengontrolnya. Jangan sampai kita malah jadi kecanduan untuk bermain TikTok. Apabila sudah kecanduan, bisa saja seseorang tersebut menjadi narsistik. Narsistik yaitu kepribadian yang ingin dikagumi karena merasa dirinya istimewa.
Selain itu, walaupun asik bermain TikTok kita harus mampu memanajemen waktu bermainnya. Jangan sampai TikTok membuat kita mengalami perubahan kepribadian yang menjadi anti-sosial. Terlebih lagi dalam situasi physical distancing karena pandemi Covid-19 ini, walaupun
harus berjaga jarak fisik, kita tetap bisa bersosialisasi dengan keluarga juga teman walaupun lewat online.
Fenomena TikTok di tengah pandemi Covid-19 ini tentu akan terus menarik banyak orang yang menghabiskan waktu di rumah. Entah sampai kapan fenomena ini akan terus muncul dan menjadi trendsetter. Tentunya agar TikTok terus bertahan dan memiliki pengaruh positif, janganlah kita menodainya dengan video goyang vulgar, video berkata kasar, dan video berbau negatif lainnya.
Semoga saja TikTok dapat menjadi salah satu aplikasi media sosial yang efektif untuk mengemas edukasi dan hiburan secara bersamaan. Sehingga, fenomena TikTok ini akan terus disambut baik kehadirannya. .